Ketidakakuratan PSDM pada kasus di atas, dapat menyebabkan pencitraan reservoir yang kurang baik, mencitrakan bentuk geometri reservoir yang kurang akurat serta mencitrakan target reservoir yang melenceng dari posisi sesungguhnya. Hal ini mungkin saja dapat membahayakan dalam penempatan posisi titik bor.
Gambar di bawah ini menunjukkan miss positioning dalam penempatan titik bor baik secara lateral (baca: latitude-longitude) maupun vertikal (baca: kedalaman) dari model bumi isotropic maupun VTI dan TTI anisotropic (lihat Anisotropy Classification ).
Courtesy Boudou, F. et.al., first break volume 26, July 2008
Gambar dibawah ini merupakan model kecepatan dengan mengkombinasikan VTI dan TTI anisotropy, dimana nilai δ sampai 0.1 dan ε lebih dari 0.2 (lihat Anisotropic Parameters).
Adapted from Boudou, F. et.al., first break volume 26, July 2008
Gambar dibawah ini menujukkan perbandingan hasil PSDM VTI dan TTI, terlihat bahwa TTI memberikan hasil yang lebih fokus dan menunjukkan bentuk struktur yang lebih mengembang.
4 comments:
dari anisotropic PSDM yang pernah saya kerjakan, dengan asumsi medium VTI, saya lihat improvement image itu terjadi pada fault, dimana patahannya lebih jelas.
apakah mungkin, kalau kirchhoff APSDM menghilangkan noise Pak Agus?
Lihat kembali konsep dasar Kirchhoff Migration yang merupakan penjumlahan energi disepanjang 'migration curve'. Jika energi yang dijumlahkan adalah sinyal maka akan saling menguatkan (constructive),selain itu akan saling menghilangkan (destructive). Disini terlihat bahwa pemilihan model kecepatan yang akan mempengaruhi curvature dari Kirchhoff Migration Curve sangat essensial. Jika tidak tepat, maka proses constructive dan destructive di atas kurang sempurna.
Pak Agus, bagaimana cara mengetahui nilai delta ataupun epsilon?
data apakah yang dibutuhkan?
terima kasih
Delta, epsilon dan gamma diperoleh dari rock physics measurement di laboratorium. Semuanya hanyalah 'rasio' kecepatan gelombang secara lateral, vertikal dan tangensial. Secara real di lapangan, parameter tersebut sangat sulit untuk diperoleh karena keterbatasan angle pengukuran dan juga pengetahuan kemiringan atau orientasi perlapisan batuan. sementara eta diprediksi dari seismik, katakanlah dari high order NMO, itupun dilakukan dengan 'try and error'.
Parameter tersebut dapat memprediksi dari data seismik, jika kita memiliki data seismik multicomponen dan VSP. Dimana kita memiliki data pengukuran secara horizontal, lateral, maupun tangensial/angle.
Post a Comment