Friday, June 12, 2009

Time-Depth Conversion

Konversi data seismik ataupun peta struktur dari domain waktu menjadi domain kedalaman merupakan hal yang sangat penting didalam dunia eksplorasi migas. Pengambilan keputusan untuk program pengeboran didalam domain waktu merupakan hal yang sangat membahayakan. Karena, seringkali interpretasi didalam domain waktu akan menghasilkan penafsiran yang menyesatkan terutama pada zona di bawah kecepatan tinggi seperti sub-salt ataupun sub carbonate. Dibawah zona ini, akan diperoleh pull up velocity anomaly atau antiklin semu padahal pada keadaan sesungguhnya hanyalah datar-datar saja atau bahkan sinklin, seperti yang terlihat pada sketsa dibawah ini:

Courtesy Edward L. Etris, Nick J. Crabtree, Jan Dewar Scott Pickford, A Core Laboratories Company

Sebaliknya, pada zona dibawah kecepatan rendah seperti water bottom dengan kemiringan yang tajam atau fluktuatif (canyon), loose material overburden atau rapid sedimentation, dibawah detached listric normal faults dan shale diapir akan diperoleh push down velocity anomaly atau sinklin semu, padahal pada keadaan sesungguhnya adalah antiklin.

Gambar dibawah ini menunjukkan perbandingan data seismik pada domain waktu (kiri) dan kedalaman (kanan). Perhatikan pengaruh kecepatan air yang rendah (kemiringan water bottom yang tajam) dapat menghilangkan prospek jika anda menginterpretasi didalam domain waktu.

Courtesy isis.ku.dk

Disamping itu, interpretasi struktur pada domain kedalaman akan sangat mempengaruhi keputusan serta perencanaan ekplorasi. Gambar di bawah ini menunjukkan contoh peta struktur dalam domain waktu dan domain kedalaman. Perhatikan perbedaan karakter struktur pada dua domain tersebut. Tentu saja perbedaan keduanya akan sangat mempengaruhi program pengeboran dan keputusan bisnis yang akan diambil.


Courtesy Nanda N. et al, CSEG RECORDER February 2008

Dalam praktiknya, terdapat beberapa metoda yang dapat dilakukan untuk melakukan konversi waktu ke kedalaman, diantaranya dengan menggunakan Time Depth Curve. Kurva ini dibangun dari data sonic, checkshot, VSP, dll. Disamping Time Depth Curve, digunakan juga hubungan well tops-time, migration velocity, kecepatan dari PSTM (Pre Stack Time Migration), kecepatan dari PSDM (Pre Stack Depth Migration), velocity tomography, Horizon keyed velocity analysis (HVA) baik dari PSTM, PSDM.


Pemilihan metoda-metoda diatas didasarkan pada keperluan serta asumsi yang digunakan. Sebagai contoh Time Depth Curve adalah metoda yang paling murah, cepat tetapi kurang akurat, dan hanya cocok jika tidak ada variasi kecepatan secara lateral karena sesar, facies, dll.

PSTM velocity digunakan jika variasi kecepatan secara lateral cukup gradual (smooth) , Horizon keyed velocity PSDM digunakan pada zona dengan variasi kecepatan lateral yang kompleks seperti thrust belt, sub salt, karbonat, dll. Dengan melakukan PSDM diharapkan bahwa efek jejak gelombang yang out of plane (side swipe) dapat di koreksi .


Data PSDM gather akan flat (tanpa NMO), kemudian dikonversi lagi ke dalam waktu, lalu diterapkan anti-NMO selanjutkan dilakukan velocity analisis pada data tersebut, kecepatan yang diperoleh akan digunakan untuk time depth conversion. Data kecepatan yang dihasilkan akan sangat akurat sehingga dapat digunakan untuk pore pressure prediction yang bermanfaat untuk casing design sumur bor serta penentuan mud weight.


Setelah kita memperoleh data kecepatan dari seismic velocity analysis, akan lebih baik lagi jika kita mengintegrasikannya dengan data well, yakni dengan melakukan koreksi data well terhadap data kecepatan tersebut. Karena tipikal seismic velocity akan lebih rendah dari well velocity, hal ini terjadi karena ada efek anisotropy (Anisotropy) yakni data pengukuran well (sonic) dilakukan secara horizontal (sejajar dengan dengan lapisan sedimen) sedangkan gelombang seismik akan membentuk sudut tertentu.

Courtesy ldeo.columbia.edu

Gambar diatas menunjukkan time depth curve yang dibangun berdasarkan data sonic , VSP dan pengukuran core (DSV). Untuk memperoleh TWT (two way time – gambar kiri), digunakan hubungan kecepatan (Vp) dan Kedalaman (kanan). Pada gambar diatas terdapat dua trend hubungan Time-Depth (hijau dan biru), perbedaan trend ini biasanya mencerminkan sifat geologi tertentu. Dari gambar diatas hubungan waktu dan kedalaman dari TWT 0 s/d 0.4s digunakan kurva hijau dan dari 0.4 s/d 1s digunakan kurva biru.


Gambar dibawah ini menunjukkan 4 horizon dalam domain waktu (TWT) dengan masing-masing kecepatan interval (Vi).

Untuk memperoleh kecepatan interval dari gambar diatas dapat dilakukan dari PSTM atau PSDM velocity analysis – horizon keyed (seperti yang dijelaskan diatas). Rumusan untuk mengkonversi dari TWT ke kedalaman dari gambar tersebut adalah sbb:

Z1=Vi1*T1/2

Z2=Vi1*T1/2 + Vi2*(T2-T1)/2

Z3=Vi1*T1/2 + Vi2*(T2-T1)/2+Vi3*(T3-T2)/2

Z4=Vi1*T1/2 + Vi2*(T2-T1)/2+Vi3*(T3-T2)/2+Vi4*(T4-T3)/2


Gambar dibawah ini menunjukkan contoh real HVA (Horizon keyed Velocity Analysis). Perhatikan kecepatan interval untuk setiap formasi serta variasi lateral kecepatan direpresentasikan dengan baik.

Courtesy Paradigm

Gambar dibawah ini menunjukkan perbandingan penampang seismik dalam waktu (kiri) dan kedalaman (kanan) dengan mempergunakan kecepatan HVA di atas. Pada domain kedalaman terlihat bahwa sesar dapat terdefinisikan dengan baik demikian juga dengan reflector-reflektor di bawah footwall.

Courtesy Paradigm

3 comments:

gotenx said...

Ketika melakukan time to depth conversion dlm hal ini time structure map di ubah menjadi depth structure map, bagaiman kita meng-QC hasil depth structure map kita?

Agus Abdullah, PhD said...

Cara meng QC nya adalah dengan membandingkannya dengan data well tops.
Kalau well nya banyak, anda bisa membuat peta error (+/-) sejauh apa penyimpangan hasil prediksi data aktual.

Unknown said...

suatu depth conversion dikatakan reliable, umumnya jika memenuhi kondisi berikut:
1. tie dgn sumur2 yg ada
2. memprediksi dgn akurat kedalaman sumur2 baru

Mas,klo boleh request, tolong di bahas metode depth conversion tertua yaitu V0-k. Terimakasih