Wednesday, June 10, 2009
Migration Aperture
Didalam dunia fotografi, aperture merupakan istilah yang mendefinisikan tentang lebar-sempitnya bukaan lubang optik sehingga dapat mengatur besar kecilnya intensitas cahaya yang masuk.
Mirip dengan dunia fotografi, di dalam dunia seismik, istilah aperture mencerminkan besaran bukaan yang digunakan agar jumlah energi yang dijumlahkan cukup memadai.
Penentuan besaran aperture (dalam hal ini migration aperture) merupakan hal yang sangat penting. Jika aperture yang dipilih terlalu kecil, maka data yang akan diperoleh akan ‘undermigrated’, sebab tidak semua energi yang difraksi dijumlahkan dengan baik. Sebaliknya, jika terlalu besar (dalam hal ini jika kita melakukan demigrasi lalu menerapkan padding sebagai migration aperture), maka ukuran file akan membengkak.
Beberapa publikasi menyebutkan bahwa untuk lapisan horizontal, besaran aperture minimum kira-kira sama dengan 2 kali Zona Fresnel (Fresnel Zone) . Sebagai contoh untuk kedalaman target 2 detik, dengan kecepatan rata-rata 3500 m/s besaran aperturenya kira-kira 800 meter.
Semakin miring suatu lapisan, besaran aperture harus semakin besar.
Gambar dibawah ini (Gambar a) merupakan contoh pemilihan besaran aperture untuk data seismik yang diberikan padding atau aperture sebesar X secara lateral dan Y secara vertikal. Gambar (b) merupakan hasil demigrasi dari data Gambar (a) dengan menggunakan algoritma Stolt Migration, 2500m/s, Gambar (c) merupakan hasil migrasi dari Gambar (b). Terlihat bahwa semua reflektor pada Gambar (c) masih mencerminkan reflektor pada Gambar (a) – lihat sisi kanan dan sisi bawah. Dengan demikian, untuk kasus ini, pemilihan migration aperture sebesar X (~3000m) dan Y (1 detik) sudah bisa diterima.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment