Sunday, November 30, 2008

Controlled Beam Migration (CBM)

Sebelum mempelajari konsep CBM, marilah kita tengok terlebih dahulu konsep migrasi yang cukup populer di industri migas, yakni migrasi Kirchhoff.

Konsep migrasi Kirchhoff terlihat paga Gambar (a) dibawah ini, (click untuk memperbesar) dimana setiap sampel data seismik pada common offset gather dengan domain t-x (waktu-offset) dipetakan disepanjang ‘isochrone’. Isochrone adalah garis/bidang semu dimana jumlah total waktu tempuh ke sumber (ts) dan ke penerima (tr) sama dengan waktu tempuh sampel yang dipetakan.

Untuk memperoleh nilai tp dan ts, langkah pertama yang harus dilakukan adalah melakukan ray-tracing pada model kecepatan tertentu. Proses diatas dilakukan untuk semua sampel waktu pada setiap trace seismik, kemudian amplitudonya dijumlahkan untuk setiap kedalaman.


Courtesy Vinje et al., Firstbreak, Sep. 2008

Mirip dengan migrasi Kirchhoff, Konsep CBM dilakukan pada common offset gather akan tetapi pada domain Tau-P. Transformasi t-x mejadi tau-P, adalah memetakan data pada domain midpoint Xm menjadi domain ray-parameter Pm.

Pada Gambar (b) di atas, terlihat bahwa konsep CBM adalah dengan melakukan pemetaan kembali untuk sampel data pada setiap trace pada daerah yang biru (kanan), dimana jumlah total waktunya sama dengan ts+tr dan jumlah total parameter sinarnya sama dengan Ps+Pr. Pada metoda CBM, konsep ray-tracing nya dilakukan untuk semua kemungkinan jejak sinar.

Gambar dibawah ini menunjukkah perbandingan hasil migrasi metoda Kirchoff dengan metoda CBM, menakjubkan?

Hasil migrasi Kirchhoff
Courtesy Vinje et al., Firstbreak, Sep. 2008

Hasil migrasi CBM
Courtesy Vinje et al., Firstbreak, Sep. 2008

Referensi:
Vinje et al., 2008, Controlled beam migration: a versatile structural imaging tool, first break volume 26, EAGE.

No comments: