Seperti yang kita ketahui, koreksi statik 'konvensional' biasanya digunakan untuk mengkoreksi perbedaan waktu tempuh gelombang seismik karena perbedaan posisi sumber dan penerima akibat topografi permukaan pada data seismik yang direkam di darat.
Untuk lebih jelasnya, lihat Gambar 1 di bawah ini yang menggambarkan suatu medium bawah permukaan dengan kecepatan medium konstan yakni 2000m/s. Sumber seismik berada pada kedalaman 10 meter dari permukaan dan serangkaian penerima berada di permukaan dengan jarak antar penerima 40 meter dan near-offset (jarak dari sumber ke penerima terdekat) 80 meter.
Seandainya kita melakukan koreksi NMO dan partial stacking antara near-offset dan far-offset, maka dapat kita hitung berapa besar koreksi pergeseran waktu yang diperlukan untuk mengoreksi perbedaan waktu tempuh ini berdasarkan prinsip kroskorelasi. Ini adalah prinsip dari koreksi statik untuk anomali dengan panjang gelombang besar dan menengah. Di WesternGeco, metode ini dikenal dengan istilah SELMA (Statics Estimation for Long and Medium wavelength Anomalies).
Gambar 5 menunjukkan suatu contoh shot record dari data seismik laut di Indonesia yang memiliki shallow gas pockets. Terlihat bahwa pada shot gather ini terdapat diskontinuitas yang mirip dengan pemodelan yang kita buat. Hal ini menandakan bahwa pada daerah ini kemungkinan terdapat shallow velocity anomaly seperti pada model yang kita buat.
Perbedaan selisih waktu antara near-offset dengan far-offset stack dapat digunakan untuk memperkirakan berapa besar koreksi statik yang diperlukan untuk mengoreksi perbedaan waktu tempuh ini. Hal ini dapat dilakukan dengan mudah melalui analisa kroskorelasi antara near-offset stack dengan far-offset stack. Gambar 6 menunjukkan kroskorelasi antara near-offset stack dengan far-offset stack untuk daerah yang memiliki anomali. Idealnya, kroskorelasi ini merupakan garis lurus karena tidak ada perbedaan waktu tempuh antara near dan far-offset stack setelah koreksi nmo. Namun, karena ada perbedaan waktu tempuh akibat shallow velocity anomaly, maka kroskorelasinya berundulasi sesuai besarnya selisih waktu tempuh antara near dan far-offset stack. Terlihat bahwa kroskorelasi ini memiliki panjang gelombang besar hingga menengah sehingga disebut anomali statik dengan panjang gelombang besar dan menengah. Gambar 7 menunjukkan kroskorelasi seperti Gambar 6, namun setelah dilakukan koreksi statik. Terlihat bahwa perbedaan waktu tempuh antara near dan far-offset stack telah dapat dikoreksi dengan cukup baik.
Gambar 8 dan Gambar 9 menunjukkan CMP gathers sebelum dan setelah koreksi statik. Terlihat bahwa event pada CMP gather yang tadinya tidak flat akibat adanya anomali kini menjadi flat setelah dilakukan koreksi statik.
No comments:
Post a Comment