Besaran dynamic range, dapat dideskripsikan dengan bilangan, bit, decibel dan magnitudo.
Hubungan antara bit, dynamic range (bilangan), decibel (dB) dan magnitudo adalah sbb:
Decibel= (bit-1) X 6
Magnitudo = decibel/20
Berikut contohnya:
Semakin tinggi dynamic range yang dipilih didalam loading maupun saving, maka 'resolusi ' data seismik tersebut semakin tinggi. Sayangnya, dynamic range yang tinggi akan memakan space pada hard disk dan mengakibatkan computation time yang lebih lambat.
Dengan demikian, pemilihan dynamic range yang tepat sesuai dengan kebutuhannya merupakan hal yang penting. Sebagai contoh untuk sebuah project interpretasi regional, mungkin data seismic dengan 8 bit saja sudah cukup memadai. Sedangkan untuk interpretasi detail atau komputasi seismic attribute misalnya, minimal data yang digunakan memiliki 16 bit.
Yang sering dilakukan juga dalam praktek loading dan writing data seismik, jika dynamic range data seismik kita tidak memungkinkan untuk menulisnya ke dalam bit size tertentu (mis. 8 bit), maka data seismik tsb akan kita scale down sehingga dynamic range-nya menjadi 8 bit. Caranya, kita scan seluruh data seismik kita dan kita hitung absolute amplitudo maksimum, kemudian kita tentukan suatu skalar untuk scale down data seismik kita dengan cara [max dynamic range/abs max amplitude]. Misalkan absolute amplitudo maksimum dari data seismik kita adalah 2000, sedangkan kita mau menulis data seismik tsb dgn format 8 bit, maka scalar yg kita pakai agar data tidak ter-clip adalah: 127/2000=0.0635 [Tambahan dari Befriko Murdianto , Chevron Indonesia Company (befriko@gmail.com)]
No comments:
Post a Comment