Survey ini bertujuan untuk mengidentifikasi zona-zona berbahaya di dasar laut sebelum fasilitas pengeboran, pipa, dll. akan ditempatkan.
Zona-zona bahaya tersebut diantaranya kantung-kantung gas, arus air laut, zona sesar atau zona yang tidak stabil, kapal yang karam, bahan peledak peninggalan perang, dll.
Identifikasi zona-zona bahaya tersebut dapat dilakukan melalui analisis data seismic 2D atau pun 3D yang sebelumnya digunakan dalam eksplorasi hidrokarbon, data seismik resolusi tinggi, sonar, multi beam, coring, sampai dengan mempergunakan AUV (Autonomous Underwater Vehicle) untuk melakukan scanning kondisi dasar laut.
Gambar dibawah ini menunjukkan penampang data seismic berikut hasil interpretasi zona-zona berbahaya seperti kantung gas yang ditandai dengan bright spot, masking, chimney, atau pun push down velocity anomaly.
Courtesy Andreassen, 2007 Dibawah ini adalah penampang RMS amplitude dari data seismic 3D. Penampang tersebut hanyalah beberapa meter di bawah dasar laut. Terlihat dengan jelas zona tak stabil seperti sesar, channel, kipas delta, lobes, dan slide scars.
Courtesy Andreassen, 2007 Gambar di bawah menunjukkan citra Side Scan Sonar dari AUV. Terlihat dengan jelas sebuah bom sisa peninggalan perang.
Courtesy Samuel, 2007 Gambar di bawah ini menunjukkan sebuah platform semi-submersible seharga 350 juta dollar milik Petrobras yang tenggelam pada bulan Maret, 2001. Sebagian analisis menyebutkan bahwa penyebab tenggelamnya platform tersebut adalah gas bubble yang dihasilkan oleh kantung-kantung gas di bawah platform.
Photo courtesy Wikipedia Referensi: Andreassen, K, et al., 2007, Analysis of shallow gas and fluid migration within the Plio-Pleistocene sedimentary succession of the SW Barents Sea continental margin using 3D seismic data, Springer-Verlag.
Samuel, L.B., 2007, Special Session: AUVs: Groundtruthing High-Resolution AUV Side Scan Sonar Contacts for Unexploded Ordnance in a Deepwater GeoHazard Assessment, Offshore Technology Conference, Houston, Texas, U.S.A.
No comments:
Post a Comment